Good morning beeeb, nggak kerasa ya udah hari Sabtu lagi, itu artinya WHITE ROSE Episode 6 udah harus up hihihi.
Buat kamu yang baru pertama kali mampir ke Blog aku ini, cuss dibaca dulu Episode sebelumnya yaa, udah ada episode 1 sampe 5nya.
WHITE ROSE by Astrianti Nuraidan
Hari ini Yuda menyesal sudah berbohong pada Bunda. Seharusnya Yuda
tadi Diam saja dirumah untuk menemani Bunda, sehingga ia tak akan berakhir menyedihkan
seperti ini. Tak terasa Langit sudah berubah menjadi gelap, Yuda menyadarinya
ketika kepala Yuda basah akibat air hujan yang turun tiba-tiba dan mau tak mau itu
menandakan waktunya untuk segera pulang.
Setibanya Yuda sampai Rumahnya, tubuh yuda basah kuyup Karena ia
berlari pulang melewati hujan yang turun dengan deras. Yuda berjalan menuju
kamar mengendap-endap layaknya seekor pencuri karena tak ingin diketahui oleh
Bunda.
“bruk..” Suara jatuh tubuh Yuda tersandung seseuatu.
“sst.. siapa sih yang menaruh benda ditengah jalan” Ucap Yuda jengkel
sambil berdiri.
“kok gelap ya, apa mati lampu?” Yuda baru menyadari keanehan
rumahnya, kini Yuda berusaha mencari saklar lampu untuk memudahkan
penglihatannya.
“klo ga salah disekitar sini!” Ucap Yuda sambil meraba-raba
dinding, Yuda yang terbiasa dengan keadaan Rumah yang sudah menyala kebinggungan
dengan keadaan yang tak biasa seperti ini.
Ketika cahaya memenuhi pandangan, Yuda diperlihatkan pada mimpi
terburuk. Ditempat yang tadi ia sandung, disana ada sebuah tubuh tebujur kaku
dengan kepala yang masih mengeluarkan darah, Yuda yang terkejut pun langsung
menghampiri tubuh tersebut.
“A…a..yah… a..pa.. yang terjadi?” Sambil mengulurkan tangannya
yang gemetar menuju lubang hidung sang Ayah untuk mengecek apakah masih
bernafas, dan untung saja meskipun keadaannya cukup mengenaskan tapi Ayahnya
masih bernafas. Yuda pun menggeluarkan telpon pada saku celananya untuk
menghubungi Rumah Sakit untuk meminta bala bantuan.
“Hal…lo…. Tol…ong… saya Yuda Prasutio… Ayahku kecelakaan,
sepertinya ia jatuh dari tangga… ya…. Jl. Ujung Raya Pelanggi no 63B …
cepatlah… kepalanya tak berhenti mengeluarkan darah… ya…. terimakasih” Jelas
panjang lebar Yuda dengan panik pada Pihak Rumah Sakit yang menerima telpnya.
Setelah selesai menelpon kini yang bisa Yuda lakukan hanya diam
menunggu bantuan datang. Yuda yang terdiam kini memikirkan situasi aneh ini ada
yang Yuda lewatkan tapi Yuda tak tau apa itu.
“apa yang terjadi? mengapa ayah terjatuh? mengapa ayah sudah
pulang? Bukan kah tadi pagi Bunda bilang ayah keluar kota? Dan dimana Bunda?
Tak tahukah Bunda bagaimana nasib suaminya?” semua pertanyaan itu berputar dikepala
Yuda.
Yuda menunggu didekat
Ayahnya kurang lebih sekiar Lima belas menit dengan semua pertanyaan dikepalanya,
sebenarnya Yuda ingin mencari Bunda tapi ia harus menunggu Ayahnya sampai bala
bantuan tiba. Yuda tak ingin meninggalkan ayahnya sendirian dalam keadaannya
seperti itu. Pada menit ke dua puluh Yuda menunggu akhirnya terdengar suara Ambuland,
Yudapun langsung beranjak menghampiri mereka dan membawa mereka pada ayahnya
yang masih tergeletak dilantai karena Yuda tak ingin membuat luka Ayahnya
bertambah parah akibat ia menggeserkan Ayahnya dengan tidak sengaja.
“Dimana pasien?” Tanya Dr dilihat dari penampilannya yang baru
saja datang.
“Disana, dibawah tangga” Jawab Yuda sambil mendahului mereka
kearah Ayahnya yang terbaring.
Tanpa basa-basi sangAyah langsung mendapatkan pertolongan
pertama oleh Dr tersebut setelah selesai Ayahnya langsung dipindahkannya pada
brankar yang dibawa oleh perawat yang tak diperhatikankan Yuda karena ia fokus
pada Dr yang menanggani Ayahnya, kini mereka telah membawa Ayahnya menuju
Ambuland. Setelah Yuda yakin Ayahnya telah medapat perawatan yang tepat, Yuda memutuskan
untuk mencari keberadaan Bunda, bagaimana mungkin Bunda sampai tak mengetahui
keadaan Ayah yang terjatuh mengenaskan seperti itu.
Tujuan pertama Yuda mencari adalah kamar yang ditempati oleh Bunda
dan Ayah, mungkin saja Bunda sakit sampai tak bisa bangun karena kejadian kemarin
mengingat kondisi Bunda tadi pagipun sudah menunjukan seperti akan jatuh sakit.
Yuda menjadi cemas memikirkannya sesakit apa Bundanya sampai suara Ayah yang
terjatuh dari lantai atas sampai tak terdengar.
Yuda pun berlari menuju kamar Bunda, sesampai didalam kamar
Yuda hanya menemukan kamar yang bersih dan rapi tanpa adanya kehidupan. Klo tak
sedang berbaring dikamar karena sedang sakit, dimanakah Bunda berada? Tak biasanya
Bunda pergi meninggalkan Rumah dalam keadaan gelap gulita.
Mungkinkah Bundanya keluar rumah? Akhirnya Yuda memutuskan
menelpon ponsel Bunda, tetapi pada sambungan telpon yang ketigapun panggilan
Yuda tak dijawab Bunda. Yuda tak menyerah ia terus-menerus mengulang menelepon
sambil berkeliling rumah. Hingga Yuda yang penasaran pada kamarnya yang dilantai
atas. Mungkin saja Bunda sakit dan menunggu Yuda kembali sambil beristirahat dikamarnya.
ketika Yuda sampai dilantai
atas, ia benar-benar tak tahu apa yang baru saja muncul pada penglihatannya. Disana
tergeletak dilantai sosok yang dicarinya dengan mata terpejam, badannya dipenuh
dengan darah segar yang mengalir tak beda jauh dari kondisi Ayahnya tadi dibawah
sana. Bedanya luka Ayahnya terletak pada kepala sedangkan Bundanya terletak
pada Punggungnya.
Yuda pun mendekat berharap keberuntungan masih berpihak
kepadanya, Yuda meraba hidung Bunda untuk mengecek jejak kehidupan. Tapi Yuda
tak menemukan apa yang dicarinya. Yuda panik langsung berteriak untuk mencari
pertolongan, akan tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya, Yuda memukul
dadanya dan mencoba kembali mengeluarkan suaranya yang kini entah menghilang
kemana.
Yuda berusaha berteriak kembali sebelumnya ia mencoba menengkan dirinya dengan menarik nafas yang dengan susah payah ia lakukan, akan tetapi tetap saja usahanya itu tak membuatnya menghasilkan sebuah suara apapun. Tanpa sadar air mata Yuda mengalir tanpa henti dadanya semakin merasakan sakit yang amat sangat, rasanya seperti sesuatu benda keras memukul dadanya tanpa henti. Semua rasa sakit itu membuat Yuda akhirnya tak sadarkan diri.
Setelah beberapa saat waktu berlalu….
Yuda yang terbangun ditempat yang asing baginya, Yuda terbangun
disebuah kamar yang sepertinya adalah sebuah kamar inap dari sebuah Rumah sakit.
Yuda kini memerhatikan sekitarnya, diruangan ini Yuda bisa melihat ada kakek
dan neneknya dari pihak Ayahnya menunggunya sadar dengan cemas, terlihat dari
rawut wajah mereka.
“Syukurlah kau sudah sadar” Ucap nenek langsung memeluk Yuda
sambil menangis.
“Yuda dimana nek?” Yuda bertanya walapun sudah tahu
jawabannya.
“Rumah sakit yud… maafkan Nenek dan Kakek baru datang
sekarang” Ucap nenek masih menangis memeluk Yuda.
“kau harus kuat, kakek dan nenek kini yang akan menemanimu”
Ucap kakek tegas tanpa peduli bagaimana keadaan Yuda kini.
“maksud kakek apa?” ucap Yuda aneh akan tetapi, ketika ia
selesai bertanya semua kejadian sebelum membuatnya tak sadarkan diri kini kejadian
itu berputar cepat seperti film pendek dikepalanya. Dan itu membuat Yuda kembali
meneteskan air mata, dadanya pun kembali merasakan sakit yang teramat sangat mengakibatkan
Yuda kembali kesulitan untuk bernafas.
“Yud..” Ucap nenek panik ketika mendengar nafas Yuda yang
memberat dipelukannya. “kau panggil dokter cepat!” tambah Nenek pada Suaminya dan
langsung diturutinya.
Tak lama kemudian Kakek datang kembali dengan diikuti oleh Dr yang
berjaga dan diikuti oleh suster membawa peralatan medist, Dr tersebutpun langsung
menanggani Yuda dengan memberinya obat penenang.
“Cucuku yang malang” Tangis Nenek melihat keadaan Yuda
“Bagaimana keadaanya Dok?” Tanya Kakek setelah melihat Dr yang
menanggani Yuda sepertinya telah selesai menggobatinya.
“Saya sudah memberinya obat penenang, ia kini akan tertidur
untuk waktu yang cukup lama. Kejadian yang menimpanya sepertinya membuat trauma
yang membuatnya kesulitan untuk bernafas sebagaimana seharusnya. hindarkan ia
dari stress berlebih, Saya akan memberikannya resep pastikan ia meminumnya
dengan rutin” Jelas Dr tersebut
“Kami mengerti Dok” Ucap Kakek dan Nenek.
Setelah Dr memberikan resepnya pada Kakek, Dr dan Suster itu
keluar dari ruangan itu. Kakek yang tak tahu harus melakukan apa akhirnya
memustuskan untuk menebus obat yang diberikan oleh Dr tadi. Kini ruangan
tersebut hanya berisi Yuda dan Nenek.
feel free for comment yaaa
ReplyDeleteMaaf saya koreksi dikit ya mbak, ada beberapa kalimat yang hurufnya dobel..tapi melihat cerita Yuda ini sepertinya dia mengalami trauma hebat ya yang membuat akhirnya stress berat. Terutama saat melihat kenyataan ayah bundanya bersimbah darah namun Yuda tidak mengetahui apa penyebabnya...ditunggu episode berikutnya ya mbak.
ReplyDeletewaaa terima kasih koreksinya mbaak, nanti aku sampaikan ke temenku :)
DeleteBaca dari awal sampai akhir jadi ikutan tegang. Kebayang kagetnya Yuda menemukan keadaan orang tuanya. Jadi penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Semuanya serba misteri
ReplyDeletehihihi tungguin kelanjutanya hari sabtu besok ya teh hehehe
DeleteApa sebenarnya yang terjadi ya? Kedua orang tuanya kenapa? Nanti bersambung lagi? Waah bikin penasaran.
ReplyDeleteMohon maaf juga, sama kayak Mbak Yuni, tentang kata yang dobel-dobel hurufnya.
hihih tunggu kelanjutanya sabtu nantii :)
Deletewaaah terima kasih mbak koreksinya, nanti aku sampaikan ke temenku :)
Wah jadi serba misteri nih, tapi aku bacanya aclok aclokan jadinya ga setiap episode dibaca jadi ga lengkap... harus scroll episode sebelumnya nih...hehe
ReplyDeletehihihi cuss mampir juga ke episode sebelumnya :)
Deletemasih tanda tanya ya kematian ayah bundanya Yuda. Waktu pertama kali ditemukan kok cuma ayahnya aja yg dibawa ke rumah sakit, bundanya belum dicari dulu ya
ReplyDeletehihihi tunggu episode selanjutanya yaaa sabtu depan :)
DeleteDuh beneran kebawa tegang sama ceritanya.. tapi ku salah fokus juga sama beberapa kesealan penulisan di sebagai awalan dan di sebagai kata depan yang masih salah..hehehe..
ReplyDeletehihihi, terima kasih koreksinya mbak, nanti aku sampaikan ke temenku :)
DeleteJadi ikutan tegang nih baca ceritanya, bakal ada sambungannya gak ini nanti mbak? BTW, saya salah fokus nih sama penulisan di yang masih salah..baik di sebagai awalan, maupun sebagai kata depan.
ReplyDeletehihihi sabtu depan insya allah lanjutanya mbak, waa terima kasih koreksinya yaa, nanti aku sampaikan ke temenku :)
DeleteKenapa bisa barengan gitu kejadiannya kena orang tua dua-duanya.... Huhuhu sedih amat, amit amit, tapi keikutan kaget dan sedih jadinya....
ReplyDeletehihihi bacanya jadi kebawa yaaa hihi
DeleteWaah aku ketinggalan episode-episode sebelumnya. Jadi kurang bisa mengikuti apa yang terjadi sebelumnya. Ntar kubaca ya Demia yang seri sebelumnya.
ReplyDeletecuss mampir ke episode sebelumnya hihihi
DeleteSenangnya jika masih ada kesempatan untuk berkarya ya mba. Menuliskan kata kata indah :)
ReplyDeleteMakasih mba sudah membantu
hihihi, iya nih mbak, temenku lagi seneng banget nulist Novelet kaya gini hihihi
DeleteIni bener tulisan temannya Mbak Demia? Jangan2 Mbak Demia yang nulis hihihi
ReplyDeleteSelain di blog Mbak Demia ditulis di mana lagi bak? Apa udah nyoba nulis di aplikasi cerpen/ novel gtu?
Gud luck yaaa :D
hihihi punya temenku ini mbak hehhe, temenku nggak punya blog jadi nitip di sini dulu sebelum masukin ke aplikasi gitu hehehe, mau tau respon sama kritik dan sarannya dl heheh
DeleteTrauma ini sungguh sulit menghilangkannya...
ReplyDeleteAku jadi simpatik sama tokoh Yuda di cerita ini..
berharap banget happy ending nantinyaa, tapi nggak tau nih temenku belum ngasih bocoran hihi
DeleteBaca episode 6 ini, eh langsung kucari cari episode 1 nya, mau baca dari awal akutuh. Biar makin menikmati alur ceritanya 😍😍
ReplyDeletewaaa terima kasiiih, hihihi cuss meluncur ke episode sebelumnya :)
Delete