Good morning beeeb, nggak kerasa ya udah hari Sabtu lagi, itu artinya WHITE ROSE Episode 7 udah harus up hihihi.
Buat kamu yang baru pertama kali mampir ke Blog aku ini, cuss dibaca dulu Episode sebelumnya yaa, udah ada episode 1 sampe 6nya beeeb.
Buat kamu yang belum tau, ini Novelet bukan buatan aku yaa, tapi buatan bestieku hehe. cuss langsung aja yuk?
WHITE ROSE by Astrianti Nuraidan
Didalam kamar mandi sebuah TKP tepatnya di depan tempat
pembuangan air besar yang modern, terdapat seorang polisi yang baru saja selesai
mengeluarkan seluruh sarapan yang masuk kedalam perutnya pagi hari tadi. Sarapan
yang harus dikeluarkan lewat mulut itu terjadi, karena polisi yang malang
tersebut baru saja menyaksikan jasad korban pembunuhan.
“Dasar.. kalau melihat yang seperti ini saja kau sudah seperti
ini, lebih baik cari pekerjaan lain saja!” ucap angkuh seorang teman sesama angota
kepolisian di depan pintu masuk kamar mandi yang sama-sama menangani kasus
pembunuhan pemilik tempat ini.
“Aku baik-baik saja” ucap lemas sang Polisi yang sepertinya
telah selesai mengosongkan isi perutnya.
Klik.. klik.. hanya terdengar suara
kamera yang sedang menjalankan tugasnya untuk mengabadikan TKP diruangan
tersebut.
"Tolong jangan lupa foto benda itu juga!” ucap seorang
polisi malang yang kembali memasuki ruangan, setelah selesai mengeluarkan isi
perutnya, meminta kepada seorang juru foto Polisi Forensik mengabadikan benda
yang berada dibawah kaki korban.
“Kalian sudah selesai?” Ucap Jojo Komandan Kepolisian yang
baru saja tiba untuk memantau cara kerja anak buahnya.
“Lapor Komandan, korban yang langsung mati karena tembakan
langsung pada kepalanya, dilihat dari ruangannya yang rapi sepertinya tak ada
perlawanan dari korban” ucap Puji kaget yang masih berada didepan pintu kamar
mandi dan langsung melaporkan, sambil mempersilahkan atasannya melihat sendiri jasad
korban yang dilaporkannya tadi.
“Ada lagi yang perlu kuketahui?” Ucap Komandan.
“Kami melihat pintu rumah dan jendela tertutup rapi, sepertinya
sang pelaku kerabat atau kenalan korban” ucap lesu Polisi malang yang diketahui
bernama Yuda.
“Rupanya kalian sudah menganalisa sejauh itu ya, kalian cukup
bagus untuk dibilang anggota baru” komentar Komandan yang memuji Yuda dan Puji.
“Kalian sudah mengetahui siapa dan apa motif tersangka?” Komandan
bertanya setelah ia selesai melihat jasad korban dari dekat, pertanyaan itu membuat
Yuda dan Puji diam seperti benda lainnya di ruang tersebut.
“Ku beri waktu satu minggu penuh untuk mencari jawabannya! mm… aku terlalu berharap, tadinya ku pikir kalian
akan langsung mengetahuinya karena kalian lulusan terbaik tahun ini, tapi tak
masalah kalian memang anggota baru untuk pekerjaan ini” ucap Komandan mengerti
keadaan.
“Maafkan kami Komandan, Kami akan berusaha keras.” Ucap Puji
dan Yuda serentak bersamaan.
“Semoga beruntung” Komandan menyemangati lalu meningalkan
mereka untuk kembali pada menjalankan tugasnya yang lain.
Tak lama Setelah kepergian Komandan. Yuda, Puji, dan juga polisi
Forensik yang bertugas diruang tersebut kini telah selesai menggumpulkan bukti-bukti
yang cukup untuk mereka analisis kembali. Tak ingin berlama-lama diruangan itu,
Puji yang diikuti Yuda langsung kembali kekantor kepolisian.
“Wow.. kau persis seperti korban yang tadi kalian bawa” ucap
Farhan tertawa saat melihat Yuda yang baru saja tiba dikantor mereka.
“Kau benar, harusnya aku memandunya juga sepeti mayat itu.”
Ucap Puji dari belakang Yuda dengan penuh emosi terlihat jelas diwajahnya.
“Biarku tebak, kau pasti baru saja muntah diTKP tadi” ucap
Farhan.
“Kau benar, dan tau kah kau pertama kali aku muntah tepat pada
sepatunya” bisik Yuda pada Farhan.
“Kau cari mati, pantas saja ia seperti itu. Aku akan menghindarinya
selama seminggu penuh kalau aku jadi kau” nasihat Farhan tak kalah berbisik
pada Yuda.
“Kalau saja aku bisa” balas berbisik Yuda.
“Sebaiknya kau isi dulu perutmu untuk memulihkan tenaga dan
jangan lupa bungkus untuk Puji sebagai permintaan maafmu” Farhan memberikan
sebuah ide yang cukup baik.
“Terimakasih, kau sangat pengertian padaku” ucap Yuda.
“Satu bungkus untukku, kau tau aku lupa sarapan dari tadi pagi”
Farhan mengatakannya dengan senyum yang menjengkelkan.
“Harusnya aku tau” Yuda menghela nafas sebelum mengucapkannya,
Yuda lupa Farhan selalu punya maksud tersembunyi untuk sebuah nasihatnya.
“kau yang terbaik” ucap Farhan mengancungkan kedua jempol tangannya.
Yuda yang langsung pergi menuju sebuah Rumah Makan yang cukup
besar dekat dengan tempatnya bekerja. Yuda pun langsung saja memilih menu yang
cukup banyak untuk mengisi perut yang telah dikuras habis tadi pagi. Dan tak lupa
memesan untuk Puji dan juga Farhan sang pemberi ide.
Yuda memilih makan di Rumah Makan ini karena biasanya tempat ini
akan ramai pada sore atau malam hari bukan pada waktu makan siang seperti saat ini.
Yuda ingin merenungkan masalahnya sendiri tanpa banyak orang yang berisik disekitarnya.
Dan untung saja benar-benar sedang kosong, hanya ada seorang wanita duduk
menghadap keluar dekat ruang kantor Rumah Makan ini, Yuda pun memutuskan memilih
duduk di dekat pintu keluar masuk.
Yuda menyadari apa yang dikatakan oleh Puji memang benar.
Sebagai seorang Polisi ia diharuskan melihat hal-hal seperti tadi pagi, itu hal
yang wajar untuk seorang polisi dalam
menjalankan tugasnya. Seharusnya Yuda tak perlu bereaksi berlebihan seperti itu.
Tapi bayangan sepuluh tahun yang lalu kini muncul dikepala
Yuda seperti sebuah mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Bayangankan saja saat
Yuda berusia Empat belas tahun Yuda harus melihat dengan mata kepalanya sendiri,
darah yang menetes pada kepala ayahnya atau yang mengalir di tubuh Bundanya.
Kalo saja bukan karena kakek dan nenek yang dengan tekun
merawat Yuda. Pasti sekarang Yuda masih terbaring dirumah sakit, atau rumah sakit
jiwa atau bahkan Yuda mengikuti Bundanya. Membanyangkannya membuat Yuda pusing kembali.
“Maaf,, benarkah pesanan yang ini yang dimakan disini?” tiba-tiba
pelayan datang membuyarkan lamunan Yuda.
“Ya benar” ucap Yuda.
“Terimakasih” ucap Yuda tulus pada pelayan tersebut yang telah
selesai menaruh pesanan Yuda tepat didepan mejanya tempat duduknya.
Yuda benar-benar berterimakasih pada pelayan tersebut karena telah membuyarkan lamunannya, kalau berlama-lama dalam ingatan itu Yuda bisa kembali muntah atau mungkin pingsan disini meninggalkan tugas yang baru saja Yuda terima. Kini Yuda hanya fokus pada makanan didepannya dan melahapnya seperti seorang anak yang baru saja diberi makan setelah lelah pulang bermain seharian.
Sementara itu…
DiRumah Makan yang sama dengan Yuda, disana terdapat seorang
wanita yang sedang menunggu seseorang yang akan membayarnya untuk pembelian
bunga-bunga pesanan yang dibawanya tadi.
“Maaf menunggu lama. Ini Dua ratus lima puluh ribu untuk bunga
angrek yang indah yang kau bawa tadi” ucap sang pembeli yang merupakan pemilik
Rumah Makan ini.
“Tak masalah, hari ini tugasku hanya tingal menggirimkan bunga
itu pada anda” ucap Wanita itu menerima pembayaran atas bunganya.
“Sekali lagi aku minta maaf dan terimakasih” ucap tulus Pemilik
Rumah makan tersebut.
“Kalau begitu saya pamit pulang, jika anda ingin memesan silahkan
hubungi kami kembali.”ucap Wanita itu langsung pergi setelah mendapatkan
bayaran yang ditunggunya.
Akan tetapi ketika wanita itu hampir sampai pada pintu keluar,
wanita itu berhenti karena melihat sosok pemuda yang telah beranjak menjadi pria
dewasa yang sepuluh tahun ini selalu dihindarinya.
Wanita itu memikirkan jalan keluar lain selain pintu itu tapi
Rumah makan ini hanya memiliki satu tempat masuk dan keluar. Ditengah
kekalutannya Kini Wanita itu tak bisa pergi tanpa diketahui oleh sosok itu
karena seseorang yang sedang menikmati makanannya dengan lahap yang diketahui
bernama Yuda itu tiba-tiba mengangkat wajahnya mungkin Yuda bermaksud untuk meminta
tambah untuk minumnya dilihat dari tangan kanan yang menyetuh gelas yang
kosong.
Feel free kritik dan saran buat temenku yaaa :)
ReplyDeleteAku dulu rajin bikin cerita berepisode banyak gini mbak demia, sekarang jarang bikin lagi malah sibuk nonton drakor. Hehe..
ReplyDeletehihih drakor itu menggoda banget dan sayang untuk dilewatkan yaaa hihi
DeleteKeren sahabatnya, Mbak.
ReplyDeleteSaya salut sama yang bisa bikin novelet atau cerpen berseri begini.
Kalau boleh saran huruf besar-kecilnya lebih diperhatikan lagi. Seperti "rumah sakit", bukannya "Rumah Sakit", "forensik", bukannya "Forensik".
Terima kasih sudah menuliskan kisah yang penuh teka-teki. Penasaran, siapa ya perempuan yang dilihat Yuda?
waa terima kasih masukannya mbak, nanti aku sampaikan ke temenku hihihi
DeleteHmmm ... ada hubungan apa ya Yuda dengan wanita itu? Hubungan ibu dan anak?
ReplyDeletetunggu kelanjutannya yaa hihi
DeleteBaca ini jadi ingat ceritaku yang mandek di tengah jalan. Semangat buat lanjutin! Btw, aku udah lama gak baca cerita model misteri kaya gini
ReplyDeletecuss lanjutin jugaaa hihihihi
DeleteTerakhir aku baca masih episode 3, sekarang sdh episode 7, jadi sebelum baca episode ini aku cari dan baca dulu episode 4-6 nya. Jadi si Yuda sekarang sdh jd polisi. Ceritanya makin seru nih, menanti episode lanjutannya :)
ReplyDeletehihihi cuss meluncur ke episode sebelumnyaaa
Deletewah ngepost fiksi juga ya mbak...belum sempet nih baca bab2 sebelumnya. ini novel thriller?
ReplyDeletepunya temenkuuu hehehe
Deletewaa baguss menarik. ku mau baca jg cerita2 sebelumnyaa.
ReplyDeletecuuss meluncur ke sebelumnyaa hihi
DeleteWahhh, seru nih sahabatnyaaa
ReplyDeleteNgefiksi itu (menurutku) syusyaahhh euyy
Kudu punya imajinasi yg uhuuyy, plotnya ga boleh bolong juga.
KEREN!
hihihi iya niiih temenku lagi semangat bikiin ehhehe
DeleteWah jadi penasaran nih.. ada hubungan apa di antara keduanya ya??
ReplyDeletewah saya baru baca udah episode 7 aja, harus baca dulu yang sebelumnya nih penasaran hehehe
ReplyDeleteWajib baca episode pertama ini, kalau tidak, gak ngerti jalan ceritanya. Episode 1 diupload di sini jugakah?
ReplyDeleteWah udah episode 7 aja, udah ketinggalan jauh nih, awal2 baca masih di episode 1
ReplyDeleteWah temannya Teh Demia keren banget rajin bikin novelet berseri begini.. Bagus semangat belajar menulisnya nih..hehe..
ReplyDeleteBagus kak ide ceritanya. hanya saja kalau boleh memberi saran, mungkin sebaiknya membaca novel penulis yang sudah terkenal, misalnya Tere Liye atau Andrea Hirata, atau novelis lainnya yang sesuai dengan tema novel yang ingin ditulis, agar bisa belajar bagaimana menuliskan sebuah diksi yang sesuai dengan sebuah cerita yang ingin disajikan. Itu saja sih kak.
ReplyDeleteSemangat ya kakak
Makin seru aja ya ceritanya. Kenapa nggak langsung aja di taruh ke platform menulis kak. Mayan itu hehehhe sukses untuk next episode. Kepo.
ReplyDeleteYa ampun..cerita berseri ternyata. Mesti bersabar nih tunggu cerita lengkapnya. Heuheu
ReplyDelete...penasaran euy penasaran~
lanjut lagiii bacanya...seru Demiaaa. sampai seri ke berapa ya kira2 nih
ReplyDeleteDeg-degaan...
ReplyDeleteSiapa ini wanita yang ditemui Yudhaa...?
Apakah masa lalu yang menyakitkan?
Wuah harus mengikuti tiap episodenya nih, ceritanya keren dan menarik sekali ini kakak. Semoga diwaktu senggang bisa baca cerita yang lain deh, keren
ReplyDeleteKeren kk, aku sampai sekarang belum kelar2 nulis cerita fiksi. Semoga berkelanjutan dan jadi novel yg bisa dicetak ya kk.
ReplyDeleteTerus semangat mbak belajar menulis cerita fiksi karena semakin sering latihan tulisannya akan semakin bagus, terutama penjiwaan tokoh dan setting cerita
ReplyDeleteAku uda lama ga mampir ke Blog kamu beb. Ternyata lagi senang nulis cerpen ya, beb. Bagus beb cerpennya. Ditunggu episode selanjutnya ya :)
ReplyDelete