Good morning, nggak kerasa udah hari Sabtu nih beb, itu artinya WHITE ROSE Episode 12 udah siap tayaaaang hihihi.
Maaf nih lanjutanya lumayan lama, soalnya bestie ku lagi ada beberapa kesibukan yang nggak bisa ditinggalin hehehe.
Buat kamu yang baru pertama kali mampir ke Blog aku ini, cuss dibaca dulu Episode sebelumnya yaa, udah ada episode 1 sampe 11-nya beeeb.
Buat kamu yang belum tau, ini Novelet bukan buatan aku yaa, tapi buatan bestieku hehe. cuss langsung aja yuk?
WHITE ROSE by Astrianti Nuraidan
“Mawar” ucap Yuda yang kaget melihat sosok
yang ada di depannya.
Seseorang yang sebelumnya
sangat ditunggu-tunggu oleh Yuda, kini berada didepan matanya. Yuda begitu gelisah sepanjang hari karena tak
mendapatkan kabar dari seseorang yang kini malah bertemu ditempat ini dan
dengan sebuah alasan yang sangat membuatnya merasakan perasaan yang tak menentu.
seharusnya Yuda merasa senang karena menemukan anak dari pembunuh bundanya tapi
bukan berarti Mawarlah yang diharapkan berada didepannya.
“Jangan bilang
dia, Mawar yang selalu kau bicarakan selama ini?” Ucap Farhan yang juga
mengerti arah pemikiran Yuda, walaupun tak mendengar pikiran Yuda dengan
lantang tapi dengan gerak-geriknya itu sudah sangat menjelaskan.
“Hai.” Ucap
sosok yang tengah duduk itu mengerakkan kepalana ketika mendengar namanya
dipanggil.
“Setelah
seharian diam akhirnya kini kau menyapa temanku, tadinyaku kira kau bisu sekaligus
tuli.” Ucap Farhan dengan nada yang mencemooh karena sudah sangat kesal pada
sosok didepannya kini.
“Apa yang kau
lakukan disini? Jangan bilang kau adalah anak dari Didi.” ucap Yuda mencoba
bertanya dengan suara yang serak mencoba mengelak dari kenyataan yang harus
dihadapinya.
“…" Mawar
tak membantah ataupun mengiyakan pertanyaan Yuda, yang dilakukannya kini hanya
terdiam seperti sebelum ucapan singkatnya tadi. Akan tetapi kini pandangannya
lurus kedepan berbeda dengan beberapa saat yang lalu sebelum kedatangan Yuda.
“Yud, kau mengenalnya?”
Tanya Farhan.
Wanita yang kini Farhan ketahui bernama Mawar
karena sepertinya Yuda tadi memanggilnya dan langsung direspon oleh wanita
didepannya. Hal itu membuat Farhan bertanya-tanya akan kedekataan hubungan
keduanya. Tapi saat ini Farhan mencoba untuk tak terlalu memaksakan
pertanyaannya karena tadipun tak ada jawaban dari Yuda yang kini malah mematung
menunjukan betapa terkejut dirinya.
Farhan pun memutuskan
untuk menarik Yuda dari ruangan karena tak ada perkembangan yang berarti antara
keduanya yang malah sepertinya berlomba siapa yang bisa memecahkan rekor siapa
yang paling lama tidak bersuara. Yuda langsung dibawa keruang kerja yang disana
kini ada Puji yang sepertinya baru saja selesai membersihkan dirinya sendiri
sehabis pengincaran mereka selama seminggu ini untuk memata-matai pergerakan
Didi.
“Ini minumlah.” ucap Farhan memberikan air
minum kemasan yang tersedia didalam kantor setelah tadi ia berhasil mendudukan
Yuda disebuah kursi terdekat yang diikuti Yuda dengan tatapan kosongnya.
“Kalian bahkan
belum satu jam berada disana? Apakah ia melakukan kekerasan? beruntung saja aku
sudah menutupi cctv sebelum kalian masuk” ucap Puji menyimpulkan kondisi Yuda
yang ditarik paksa oleh Farhan.
“Tak ada
kekerasan yang terjadi.” Balas Farhan tapi masih dengan pandangan yang masih
tertuju pada Yuda.
“Lalu apa yang
terjadi?” ucap Puji menjadi bingung.
“Dia mengenalnya.”
Ucap Farhan dengan pandangan masih menatap Yuda.
“Astaga.” Ucap
Puji yang sontak mengikuti Farhan memandang Yuda.
“Yud, kami tahu
ini sulit untukmu tapi untuk kelancaran kasus ini kami harap kau bisa bekerja
sama.” Ucap Farhan tegas pada laki-laki didepannya yang masih saja terdiam
dengan pandangan yang tidak fokus.
“Permisi maaf
menggangu, tapi ini penting diruang sebelah ada seseorang yang mengaku bahwa ia
adalah kenalan dari seorang tahanan yang baru saja tertangkap tadi malam.”ucap
salah satu rekan polisi yang juga berkerja disana.
“Benarkah? terimakasih
aku akan kesana, Han sebaiknya kita beri Yuda sedikit waktu untuk menata kembali
fikirannya, sekarang lebih baik kita lihat siapa kenalannya itu.” Ucap Puji dan
langsung disetujui oleh Farhan.
Mereka berdua
langsung pergi menemui seseorang yang dikatakan oleh rekan mereka meninggalkan
Yuda seorang diri yang begitu tenggelam dengan pikirannya sendiri.
“Selamat siang”
ucap Farhan ketika memasuki ruangan yang terdapat seseorang yang mengaku
sebagai kenalan dari Mawar yang diketahuinya dari percakapan singkat dengan
Yuda.
“Siang pak,
saya Rena teman dari Mawar, saya datang kemari setelah ada telepon bahwa ia
berada disini, Mawar tak bersalah sepertinya ia ancam oleh mantan ayahnya
karena selama ini Mawar selalu bersama dengan saya selama kurang lebih sepuluh
tahun ini dan saja bisa menjamin dengan nyawa saya kalau perlu, dan jamin bahwa
apa yang saya katakan itu benar.” Ucap Rena langsung menjelaskan panjang lebar
ketika Farhan dan Puji memasuki ruangan itu.
“Bisakah anda
duduk dulu.” Ucap Puji singkat.
Dan langsung
diangguki oleh Rena dan mereka pun duduk secara berhadapan Farhan disamping
Puji duduk tenang dengan wajah yang ramah tersenyum singkat kepada Rena,
sedangkan Puji langsung duduk menghadap Rena dengan tatapan menintimidasi
sambil memikirkan kemungkinan sosok didepannya kemungkinan besar adalah komplotannya.
“Bisakah aku
memeriksa datamu secara lengkap.” Ucap Farhan.
Rena langsung memberikan KTPnya pada Farhan
yang selalu tersimpan apik didalam sebuah dompet yang selalu menemaninya setiap
saat. Yang langsung diberikan kepada puji untuk mengetahui keaslian dan juga
untuk menemukan data-data kejahatan yang mungkin telah dilakukan yang mereka
curigai karena Rena mengaku kenalan anak dari seorang pembunuh yang paling
dicari saat ini dan semakin curiga karena Rena memberikan KTPnya dengan sangat
gugup.
“Apa yang
membuatmu yakin bahwa tersangka tidak bersalah?” Tanya Puji setelah tak
diragukan lagi keaslian KTP Rena dan juga tak ada data kejahatan yang
berhubungan dengan identitas Rena.
“Mawar tak
bersalah.” Ucap Rena dengan yakin.
“Apa yang
membuatmu seyakin itu?” ucap Farhan yang kini malah tersenyum seperti
meremehkan keyakinan Rena.
“Mawar adalah
satu-satunya keluarga yang ku miliki, walaupun hubungan kami tidak sedarah
karena kami baru saja bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu, tapi hal itu tak
mengurangi hubungan kami dalam hal kekeluargaan. Aku sangat mengetahui dengan
yakin bahwa laki-laki yang dulunya diakui sebagai ayahnya itu bukan ayah
kandungnya dan mereka sudah tak pernah berhubungan lagi sejak sepuluh tahun.”
Ucap Rena panjang lebar tanpa jeda memberikan keterangan yang menurutnya hal
yang sebenarnya.
“Lalu apakah
kau mengatakan bahwa kami salah menangkap orang?” ucap Puji begitu mengintimidasi.
“Bukan maksudku
begitu, aku hanya ingin mengatakan bahwa mungkin saja Mawar telah diancam oleh
matan ayahnya itu.” Ucap Rena pelan ketakutan mendengar jawaban Puji tapi tak
melunturkan pembelaannya terhadap Mawar.
“Dari mana kamu
seyakin itu dia telah diancam?” Ucap Farhan.
“Karena
akhir-akhir ini ayahnya, maksudku orang itu, dia sepertinya mengetahui kapan
dan dimana Mawar berada, lalu orang itu akan muncul, mengikutinya bahkan
berusaha berbicara walau tak terlalu dihiraukannya, aku mengetahuinya karena
kami selalu bersama hampir sepanjang waktu.” Ucap Rena.
Rena yang menjawab pertanyaan Puji dengan
sedikit terbata-bata dengan pandangan yang tertuju kepada kedua tangannya
terlihat dieratkan yang berada diatas meja memperlihatkan dengan jelas bahwa ia
sangat gugup membuat Puji maupun Farhan harus mendengarnya dengan lebih
seksama.
“Yang
dikatakannya itu benar.” Ucap Yuda yang tak diketahui sejak kapan sudah berada
dibelakang Puji dan Farhan.
“Apa katamu?”
ucap Puji tak mengerti apapun.
“Aku juga
hampir selalu bersamanya.” Ucap Yuda pelan.
“Yuda.. Kau
bekerja disini, syukurlah.” Ucap Rena yang kaget sekaligus merasa lega karena kini ada seseorang yang bisa
membantunya untuk mengeluarkan Mawar dari tempat ini.
“Kau yakin?”
ucap Farhan yang meragukan ucapan sahabatnya.
“Mana mungkin
aku main-main dalam kasus kematian Bunda.” Ucap Yuda dengan tegas.
“Aku tahu itu,
tapi bukti yang kami miliki juga...” Ucap Farhan memulai apa yang selama ini
dikerjakannya bersama rekan-rekan yang lainnya dalam kasus menemukan Didi.
“Kami akan
menghubungimu kembali setelah kami selesai dengan mengintrogasi Mawar, apakah
ia bersalah ataupun ia hanya dimanfaatkan oleh Didi.”Ucap Puji pada Rena dan
otomatis memotong perdebatan antara Farhan dan Yuda.
Puji merasa bukan hal yang baik berdiskusi
didepan orang asing apalagi orang itu mengakui tersangka adalah keluarganya, ia
belum dapat menyimpulkan bahwa ucapan Rena dan Yuda yang benar ataupun penyelikan
mereka selama ini.
“Aku mengerti.”
Ucap Rena yang kaget dengan kata-kata Puji tapi dengan adanya Yuda disini, hal
itu membuatnya menaruh harapan yang tinggi bahwa Mawar akan secepatnya
bersamanya kembali.
Setelah
mengantarkan Rena keluar dari kantor kepolisian, Yudapun langsung bergegas kembali
keruangan tempatnya bekerja yang sudah ditunggu oleh Farhan dan Puji untuk
menjelaskan apa saja yang diketahui olehnya dan juga mengolah
informasi-informasi yang mereka ketahui sebelum dan sesudah Rena datang kemari
untuk memutuskan sebuah keputusan yang tepat.
“Mengapa kau
membebaskan aku?” Ucap Mawar.
Saat ini Yuda
sedang melepaskan borgol yang berada dikedua tangan Mawar yang tak pernah lepas
selama hampir dua puluh empat jam.
“Kau adalah
kau, seharusnya yang bertanggung jawab disini adalah laki-laki itu bukan kau,
kami menangkap orang yang salah.” Ucap Yuda dengan yakin.
“Tapi..” ucap
Mawar.
“Aku tau kau
merasa sangat bersalah disini, tapi aku mohon kepadamu kau tak perlu membela
laki-laki itu.” Ucap Yuda menggengam tangan Mawar sekaligus memotong apapun yang akan Mawar katakan
sebelumnya.
“Yud..” ucap
Mawar.
“Aku
benar-benar memohon kepadamu, aku tak ingin membahasnya saat ini.” Ucap Yuda
dengan rawut wajah yang menunjukkan kerapuhan.
“Aku...” Ucap
Mawar.
“Kumohon, buat
aku tak penah menyesali keputusanku ini.” Ucap Yuda semakin mengeratkan
genggamannya.
“Terimakasih.”
Ucap Mawar menyerah pada keadaan, melihat Yuda yang sepertinya saat ini tak
mungkin mendengarkan pendapatnya.
Sudah seminggu
ini Mawar bebas bersyarat dalam kasus penyembunyian Didi, seorang buruan nomor
satu yang sedang dicari saat ini. Hampir seminggu ini Mawar selalu diikuti baik
diam-diam ataupun secara terang-terangan bergantian secara berkala oleh anggota
kepolisian yang ikut andil dalam penangganan kasus Didi.
Tapi hampir
seminggu penuh pun tak ada pergerakan ataupun komunikasi baik itu secara
langsung maupun secara diam-diam antara Didi dan Mawar. Hal itu semakin membuat
Farhan frustasi berbeda dengan Yuda yang sangat lega telah mengambil keputusan
yang tepat, mereka mengetahui dengan jelas karena mereka telah menyadap rumah,
tempat kerja bahkan telepon pribadi Mawar tanpa sepengetahuan Mawar tentunya.
Saat ini Yuda berada
didalam kantor miliknya sambil kembali meningat-ingat perdebatan panjang yang
terjadi antar dirinya dan kedua temannya.
“Apa yang baru saja kau katakan tadi” ucap
Puji.
“Dia tak bersalah.” Yuda kembali menggulangi ucapannya.
“Walaupun ia tak membunuh keluargamu secara langsung, tapi
dengan ia menyembunyikan keberadaan seorang pembunuh maka sama halnya dia pun
telah membunuh secara tidak langsung.” Ucap Farhan penuh dengan emosi.
“Aku tau lebih baik darimu.” Ucap Yuda yang sebenarnya
setuju dengan pemikiran Farhan sampai beberapa saat sebelum bertemu dengan
Mawar tadi.
“Lalu apa yang menjadi landasan ucapanmu sebelumnya.” Ucap
Puji dengan nada yang tenang berbeda dengan Farhan yang sepertinya akan kembali
mengeluarkan emosinya akan tetapi tertahan dengan ucapan Puji.
“Hanya mengikuti hati kecilku saja.” Ucap Yuda yang entah
mengapa sedikit ragu dengan apa yang dikatakannya.
“Cinta sungguh membutakan fikirannya.” Ucap Farhan tertawa
seperti kehilangan akal sehatnya dan menjatuhkan dirinya yang untung saja terdapat
sebuah kursi.
“Tapi ucapan Yuda ada betulnya juga kita tak bisa
menahannya lebih lama lagi.” Ucap Puji.
“Kau menyetujui ide gilanya itu?” ucap Farhan yang kini
mulai tak percaya pada teman seperjuangannya dalam menanggani kasus ini.
Seharusnya Puji lebih setuju dengan pemikirannya daripada ide konyol Yuda yang hanya
didasari karena cinta.
“Penangkapan Mawar hanya karena tempat yang sebelumnya
ditempati oleh Didi terakhir kali mengatas namakan dirinya.” Ucap Puji menjelaskan
dengan tenang.
“Benarkah?” Ucap Yuda yang kini mulai mempercayai kehendak
hatinya.
“Kalau yang dikatakan wanita tadi adalah benar, maka Mawar
sepertinya hanya dimanfaatkan atas dasar balas budi atau pemerasaan.” Ucap Puji
menerangkan kepada Farhan yang kini semakin memerah karena ketidak setujuannya
atas pemikiran Puji.
“Kau bisa mempercayai Rena dan aku.” Ucap Yuda yang kini
semangat.
“Terserah kalian saja, kalau menurut kalian itu benar
dengan membebaskannya tapi kalian tidak berhak menghentikanku dari pemantauan
selama dua puluh empat jam penuh.” Ucap Farhan mencoba bernegosiasi dengan
kedua temannya.
“Aku tak keberatan.” Ucap Yuda yang semakin bersemangat.
“Terserahmu, tapi aku tak ingin ambil bagian dalam
mengintaianmu kali ini, ada beberapa hal yang sangat menggangguku.” Ucap Puji
sambil pergi keluar setelah mengambil kunci mobilnya yang berada dimeja samping
tempat Farhan yang kini semakin merosot
ditempat duduknya.
“Terimakasih.” Ucap Yuda pada kedua temannya karena telah mendengarkan
dan rela berjuang menggantikannya dalam memecahkan kasus yang terjadi dalam
hidupnya.
“Dan
bagaimana kau bisa sebaik ini hanya karena cinta bodoh itu.” Ucap Farhan yang
kini hanya bisa menutup kedua matanya memikirkan kebodohan sahabatnya.
“Aku
berjanji padamu kalau nanti pemikiranmu yang benar, maka aku sendirilah yang
akan membuatnya mempertanggung jawabkan perbuatannya.” Ucap Yuda meyakinkan
Farhan.
“Aku
mengerti.” Ucap Farhan singkat masih dengan kedua matanya yang terpejam untuk
menurunkan emosinya.
Mawar berlari
secepat yang bisa dilakukannya untuk menghentikan kegilaan dari mantan ayahnya.
Setelah beberapa saat yang lalu Mawar mendapat sebuah pesan singkat bahwa tanpa
bantuannya pun Arman tetap akan mati malam ini dan juga sebuah pesan selamat
tinggal.
Mawar berlari melewati gelapnya malam yang
dingin tanpa sempat mengambil jaket atau apapun yang akan dikenakan dalam cuaca
ini, karena bagaimana pun caranya Mawar bertekat untuk menggagalkan pembunuhan
yang akan terjadi hari ini.
“Ayah bisakah
kau lupakan saja dendam itu?” ucap Mawar yang baru saja memasuki rungan
bertepatan dengan laki-laki yang akan menyuntikan racun selang yang tersambung
pada tubuh Arman.
“Aku telah
menantikan ini selama sepuluh tahun” ucap Didi yang pergerakannya terhenti
karena kemunculan Mawar yang tiba-tiba.
“Lalu setelah
itu apa, tak akan ada yang berubah ketika ia mati, alasan kita sangat
membencinya pun semua akan lenyap. Yang dunia tahu hanyalah kita adalah seorang
pembunuh.” Ucap Mawar mencoba menjelaskan.
“Bahkan seluruh
duniapun tak akan peduli” ucap Didi yang masih bersikeras dengan keinginannya.
“Lalu apa yang
Melati katakan ketika kau bertemu dengannnya?” Tanya Mawar kembali mencoba
membujuk.
“Melati bahkan
sudah mati karena pria ini.” Ucap Didi berteriak semakin histeris mendengar
nama anaknya disebut-sebut.
“Lalu kau berniat
akan menemuinya dengan bangga kalau kau telah bunuh diri membawa dengan
pembunuh putrimu? Apakah kau yakin Melati akan menyambutmu dengan senang?” ucap
Mawar.
Didi langsung terdiam
membeku, bukan keinginannya bertemu dengan putri tercintanya dengan tangan
penuh darah seperti ini. Apa yang diucapkan Mawar tak salah, Melati tak akan
berlari memeluknya dengan keadaannya yang sekarang tapi bagaimana ia tau apa
yang dipikirkan oleh Melati ketika kenyataannya laki-laki didepannya ini telah
merenggut nyawa anak kesayangannya itu.
“Angkat tangan”
ucap salah seorang pria berbaju polisi dengan kedua pistol ditangannya yang
baru saja menerobos kamar tempat Arman dirawat.
“Kau membawa polisi
bersamamu?” ucap Didi sambil pada Mawar sambil mengangkat kedua tangannya
keatas.
“Tidak, aku
kemari sendirian.” Ucap Mawar yang juga mengangkat kedua tangannya.
“Sudah kubilang
kalau kekasihmu itu adalah penipu ulung.” Ucap Farhan yang baru saja masuk
bersama Yuda dibelakangnya.
“Kekasihmu?”
tanya Didi pada Mawar yang dibalas gelengan kepala.
“Dia bilang kau
bukan kekasih temanmu itu.” Ucap Didi kepada kedua polisi yang baru saja tiba
diruangan Arman.
“Itu bukan
masalah besar sekarang, sebaiknya kau menyerah secara baik-baik dan ikuti kami
atau peluru akan langsung menembus tepat pada kepalamu.” Ucap Farhan dengan
tegas.
“Hei itu
lelucon yang indah dipertemuan pertama kita.” Ucap Didi riang dengan tangan
masih diatas.
“Dan kau
terimakasih telah bekerja sama selama seminggu ini berkatmu kami berhasil
menemukannya.” Ucap Farhan pada Mawar.
“Bolehkah aku
bertanya padanya sebelum kalian menyeretnya kekantor polisi, disana aku tak
dapat menemuinya lagi.” Ucap Yuda pada Farhan yang sebelumnya telah berjanji
akan melepaskan dalam segala urusan yang berkaitan dengan sosok didepannya ini.
“Lima menit
tidak kurang tidak lebih.” Ucap Farhan yang mengerti dengan keadaan Yuda.
“Aku hanya
ingin mengetahui alasan kau membunuh keluargaku.” Ucap Yuda pada Didi.
“Kau Yuda bocah
kecil anak Arman?” ucap Didi begitu menyadari pertanyaan Yuda.
“Ya itu benar,
karenamu temanku menjadi sebatangkara didunia ini.” Ucap Farhan menyela Yuda.
“Ah kalau
begitu maafkan aku, hei mengapa kau tidak berpacaran saja dengannya kalau
begitu.” Ucap Didi ringan pada Mawar yang masih berada disebelahnya.
“Kau.” Ucap
Mawar melotot pada Didi yang tak habis pikir dengan ucapan mengejutkan mantan
ayahnya dalam menghadapi situasi seperti ini.
“Ucapku tak
salah kan, nasib kalian hampir sama mungkin saja kalian bisa saling memahami
satu sama lain.” Ucap Didi.
“Tutup mulutmu
itu.” Ucap Mawar yang tak mengimbangi lelucon Didi.
“Haruskah
kubunuh kau agar harapanmu terwujud.” Ucap Farhan yang kini menodongkan
pistolnya pada Didi.
“Kau tak bisa
melakukannya biarkan dia mempertanggung jawabkan semuanya nanti dipenggadilan.”
Ucap Yuda pada temannya.
“Kau begitu
bijaksana untuk menjadi anak dari laki-laki brengsek ini, dan kau tak perlu
membunuhku, dia bukan anakku mana ada seorang anak yang melaporkan ayahnya
sendiri.” Ucap Didi berbicara sangat ringan sekaligus menyindir Mawar.
“Sudahku bilang
bukan aku yang mengundang mereka kemari, dan aku kemari karena hanya ingin menghentikan
kegilaan ini.” Ucap Mawar datar.
“Dengan kau
mengirim tiket, uang, dan tanda pengenal yang baru tak bisa membuatku
menghentikan semua ini.” Ucap Didi yang kini mulai kehilangan ketenangannya.
“Aku..” ucap
Mawar.
“Kata-kata tadi
hampir saja menyentuh hati tapi semua ini akan selesai kalau aku atau dia yang mati
dalam kasus kami.” Ucap Didi yang sekarang nekat mendekati Arman yang terbaring
dengan jarum suntik yang berada ditangannya.
Jarum suntik
itu hampir saja menembus tangan Arman berbarengan dengan suara tembakan yang
memekakkan telinga. Suara itu berasal dari sebuah pistol yang berada ditangan
Yuda sebelumnya diambil paksa dari tangan Farhan ketika Yuda sadar dengan
gerak-gerik yang akan dilakukan Didi.
“Yud, aku bisa
saja memborgol lenganmu jika saja kau salah sasaran.” Ucap Farhan yang kaget berteriak
pada Yuda yang berada disampingnya.
Peluru itu
mengenai tangan Didi yang memegang jarum suntik, yang langsung membuat Didi
menjerit merasakan tangannya yang tertembus sebuah peluru. Hal itu membuatnya
terjatuh merosot pada lantai dan hal itu dimanfaatkannya untuk mengambil jarum
suntik yang tadi terjatuh.
“Ayah.” Ucap
Mawar panik berusaha mendekati tubuh Didi yang langsung dihentikan oleh
todongan pistol langsung kearahnya oleh petugas kepolisian yang berada
didekatnya.
Tapi ada yang
aneh dengan tubuh Didi yang baru saja tertembak ditangannya. Seharusnya
keadaannya tidak seperti yang terjadi saat ini, dimana kini Didi malah
terbaring dengan kedua mata yang melihat keatas dan mulut dipenuhi oleh busa
yang menandakan bahwa tubuh itu sedang mengalami ajalnya.
“Apa yang
terjadi?” ucap Farhan yang langsung mendekati tubuh Didi.
“Dia sudah
mati.” Ucap salah satu anggota polisi yang tadi menodongkan pistol terhadap
Mawar setelah memeriksa tubuh Didi.
Segitu dulu buat White Rose Episode 12 ya beeeb, mohon maaf kalo masih ada tanda baca atau EYD yang masih belum sesuai, kritik dan sarannya sangat membantu looh buat temenku ini.
Thank you buat yg udah mampir yaaa
ReplyDeleteSudah nungguin, akhirnya tayang juga episode 12 nya ini.
ReplyDeleteWah si Didi meninggal jadinya ya, apakah Arman nantinya bisa sembuh? Makin seru ceritanya. Aku tunggu episode selanjutnya :)
Ya ampun akhirnya lanjutannya nongon juga Demia, sibuk banget ya :)
ReplyDeleteYuda kaget banget ya lihat Mawar di tempat yang sama. Kenaoa tuh kok Didi mengeluarkan busa? OD gitu ya. Yuda belain Mawar banget nih samapi dibilang bodoh sama Fargan :-D
Wow... Panjang juga. Saya blm baca bagian sebelumnya. Cuss baca ke sana dulu biar makin nyambung nih ah jalan ceritanya
ReplyDeleteBanyak banget tokoh di dalamnya ya, agak pusing mengingat antara farhan dan Yuda. Ini cerita detektif gitu kah> menebak nebak mengapa Mawar menyembunyikan Didi. Complicated sekali ya ceritanya.
ReplyDeleteWaah, tragis banget yang menimpa Didi, apalagi mati dengan kondisi tertembak gitu, huhuuu, miriis.
ReplyDeleteBtw udah panjang aja nih kisah ampe 12 yaa, jadi mau berapa episode niih, trus nanti gimana yaa endingnya.
Lah kepooo..
Hai mba Demia, untuk membuat konsep cerita seperti ini butuh waktu berapa lama?
ReplyDeleteMakasih Kak penggalan noveletnya.. aku belum baca yang awal-awal sih.. tapi enggak mudah ya membuat cerita dengan setting kriminalitas gini. Kecuali emang ada pengalaman di dalamnya, hehe.
ReplyDeleteLanjutkan, Kak.. meski masih banyak typo dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat, tapi sambil jalan sambil belajar it's okay. Semangattt :)
Aku sepertinya terlewat beberapa eps yaa..
ReplyDeleteKok jadi melewatkan sosok Didi..?
Endingnya menyayat hati banget...Mawar melewati masa demi masa yang penuh dengan kenangan kurang menyenangkan.
Ih keren deh bikin novelet alias cerbung begini. Aku gak bisa ih bikin cerita panjang begini. Aku paling bisa juga cerpen. Itu pun based pengalamanku sendiri. Ide fiksiku jelek banget. Pengen bisa deh ih nulis cerita fiksi begini.
ReplyDeleteceritanya menarik mba...
ReplyDeletetanya setiap sabtu ya, oke ditunggu kelanjutannya. Semangat...!
Mbak, kalau aku pengen komen soal penulisan di depan di sana, di hatiku, ini kalau diikuti keterangan tempat harus dipisah. Sama kalimatnya jangan terlalu panjang-panjang, karena kami yang baca butuh bernapas juga biar nggak ngos-ngosan.
ReplyDeleteAku penasaran sama cerita mulai episode 1nya, ini mampir sini tahu-tahu sudah episode ke 12.
aaaaaah ini endingnya bikin penasaraaaan Demia hehehe.. aku paling suka baca novel seru
ReplyDeleteTragis juga nih kisah didi jadi keracunan nih untuk ngikutin.
ReplyDeleteJujur aku baru baca White Rose nih, etau-tau udah episode 12 aja hihi, banyak yang mesti aku catch up nih. Otw dari episode 1 ahh...
ReplyDeleteAnw, 1 episode gini ngerjainnya berapa lama Ka Demia?
Seperyinya harus baca dari episode awal kali ya jadi lebih paham ceritanya. Oh ya btw mungkin di pertengahan bisa ditambahn gambar ilustrasi gitu kali ya kak jadi ga plek tulisan semua. Ehh tapi ini novelet sih ya
ReplyDeleteMembaca nama Farhan, aku jadi teringat tokoh di sinetron tv swasta yang hit saat ini, haha Mas Farhan... sukses menulis novelnya ya 👍
ReplyDeleteWah...udah episode 12 aja nih...Menarik ceritanya, tapi harus baca dari awal ya biar bisa nyambung sampai ke episode sekarang ini. Lebih seru lagi kalo ada ilustrasinya nih..biar makin greget.
ReplyDelete