Buat kamu yang baru pertama kali mampir ke Blog aku ini, cuss dibaca dulu Episode sebelumnya yaa, udah ada episode 1 sampe 12-nya beeeb.
Buat kamu yang belum tau, ini Novelet bukan buatan aku yaa, tapi buatan si bestie. cuss langsung aja yuk Episode 13-nya?
WHITE ROSE by Astrianti Nuraidan
Kematian mendadak Didi membuat
kehebohan besar terutama di dalam kantor kepolisian. Beberapa orang ada yang
berbahagia karena seorang buronan paling dicari berhasil tertangkap walaupun
dengan keadaan yang tak bernyawa lagi yang membuat jerih payah bagi mereka yang
terlibat dalam kasus Didi selama sepuluh tahun terbayar, tetapi tak sedikit
orang juga yang merasa kecewa karena tak berhasil mengungkap motif yang membuat
pembunuhan-pembunuhan itu terjadi.
Setelah para medist
mengotopsi jasad Didi, kematian menunjukan terjadinya kematian bukan
dikarenakan tembakan yang dilayangkan Yuda yang mengenai lengannya, akan tetapi
kematian terjadi karena setelah terjatuh Didi berhasil menyutikkan pada dirinya
sendiri sebuah jarum yang tadinya akan disuntikan pada Arman. Hal itulah yang
membuat Yuda lolos dalam hukuman kelalaian dalam bertugas.
Dan
disinilah Yuda sedang duduk termenung sepanjang hari memikirkan kembali apa
yang terjadi dengan kehidupannya. Sewaktu dulu cita-citanya hanya satu yaitu
membunuh seseorang yang hampir membunuh separuh keluarga Yuda. Tapi setelah
laki-laki itu mati perasaannya hanya ada kekosongan, tak ada kebahagian ataupun
kepuasan memenuhi hatinya.
“Hah..”
Helaan nafas Yuda yang entah sudah keberapa ratus kalinya dalam hari ini.
“Yud.”
Ucap Farhan sambil menepuk pundak Yuda pelan.
“Kalian
sudah pulang.” Ucap Yuda ketika mengetahui yang menepuk pundaknya adalah Farhan
yang rasanya baru saja tadi berpamitan padanya untuk tugas lapangan.
“Melamun
lagi?” ucap Puji yang juga baru saja datang bersaman dengan Farhan dan langsung
mengeluarkan isi tas yang sepertinya bukti-bukti dalam kasus baru yang akan
mereka kerjakannya.
“Aku
bahkan baru saja duduk disini.”ucap Yuda mencoba mengelak.
“Kau
yakin.” Ucap Farhan.
“Sepertinya.”
Ucap Yuda sangsi dengan tatapan Farhan yang sepertinya tak mempercayai
jawabannya.
“Sudahku
bilang sebelumnya, Kau tak perlu percaya apa yang dikatakan Farhan tentang
pacarmu.” ucap Puji.
“Pacarku?”
ucap Yuda aneh.
“Mawar.”
ucap Farhan singkat.
“Oh.”
ucap Yuda pelan.
Sebenarnya
Yuda tak yakin dengan keputusannya untuk menjauh dari Mawar setelah kematian
Didi, walaupun sepertinya Mawar terlihat tak keberatan dengan renggangnya hubungan
mereka.
“Seharusnya
kau tak terlalu menghiraukan apa yang dikatakan oleh dia waktu itu, dengan
begitu setidaknya kau tidak menyedihkan seperti sekarang.” Ucap Puji sambil
menujuk kepada Farhan.
“Justru
kau harus berterimaksih padaku, aku akan mengenalkanmu pada seseorang, banyak
wanita cantik lainnya yang masih mengantri menunggumu.” ucap Farhan yang tak
gentar dengan pendiriaannya.
“Apakah
aku semenyedihkan itu.” ucap Yuda pelan.
“Jangan
dengarkan Farhan, sebaiknya kau berdiri dan temui dia sekarang, katakan bahwa
kau merasa bersalah.”ucap Puji yang menarik Yuda berdiri dan langsung
mendorongnya untuk membuatnya bergerak.
“Tapi
pekerjaanku.” Ucap yuda yang kaget karena paksaan puji yang tak terduga.
“Kami
yang urus.” Ucap Puji sambil menutup ruangan kerja mereka sebelum Yuda berhasil
membuat alasan agar tetap berada ditempat kerja.
“Kau
tak bisa seenaknya sendiri dengan temanku.” Ucap Farhan tak terima.
“Kalau
kau ingin temanmu seperti itu terus, Tarik kembali saja dia kemari.” teriak
Puji dengan tatapan yang membuat Fahan langsung menghentikan protesannya.
Bukan maksud Puji
menyuruh temannya itu menjadi seorang pemalas yang keluar dari tempat kerja
diwaktu jam kerjanya. Tapi melihat Yuda seharian dalam seminggu terakhir ini
membuat Puji memutuskan untuk mengambil tindakan tersebut, walapun berakhir
dengan dirinya yang harus menyelesaikan pekerjannya dan juga pekerjaan Yuda.
Disinilah
Yuda sudah berdiri bersembunyi di belakang pohon yang berada di sebrang depan
toko bunga milik Mawar. Suasana toko hari ini sepertinya cukup ramai dari hari
biasanya saat dulu Yuda berkunjung, Yuda bisa dengan jelas melihat Rena yang begitu
kewalahan membawa bunga-bunga yang dipilih oleh pelanggan, tak berbeda jauh
disisi lain Mawar pun sibuk membuat rangkaian bunga berwarna-warni yang indah
untuk pelanggannya.
“Aku
tahu kau sadar bahwa Yuda sudah ada didepan sana sejak siang tadi.” Ucap Rena
pada Mawar setelah mengantarkan bunga pada pelanggannya yang terakhir.
“Kau
menyadarinya Juga?” Ucap Mawar menghentikan kegiatannya.
“Lalu
apa yang membuatmu masih berada disini?”
“Aku
tak tahu harus bagaimana?”
“Soal
ayahmu atau hubungan kalian?” Rena mencoba bertanya.
“Keduanya.”
“Untuk
persoalan ayahmu sepertinya kau harus berusaha memaafkan dirimu sendiri.”
“Maksudmu?”
ucap Mawar tak mengerti ucapan Rena.
“Dia
bahkan bukan ayahmu saat itu, bahkan sejak kau dilahirkan.” Terang Rena.
“Tapi
aku bersamanya hampir sepanjang hidupku.”
“Kau
mencoba memperbaiki keadaan selama sepuluh tahun ketika bersamaku.”
“Tapi
aku tak pernah benar-benar pergi darinya.”
“Bukan
kau yang tak pergi, tapi ayahmu lah yang selalu mendekat.”
“Aku.”
“Mungkin
sudahnya harus menerima takdir seperti itu, berbeda dengan nasibmu yang masih bisa
diubah.” ucap Rena menjeda untuk mengulurkan kedua tangannya pada pundak Mawar
“Kau masih bisa untuk memperbaiki apapun kesalahan yang dulu pernah kalian
perbuat khususnya kepada keluarga Yuda.”
“Aku
tak yakin akan berhasil.”
“Setidaknya
kau mencoba, bahkan lihatlah Yuda justru membuka peluang untukmu.” Ucap Rena
menyakinkan sambil menunjukkan keberadaan Yuda yang sibuk menyembunyikan
keberadaannya.
“…”
“Atau
harus aku yang menemuinya? Mungkin sajakan dia kemari untuk menemuiku.” Ucap
Rena mencoba memprovokasi Mawar.
“Aku
saja yang menemuinya.”
Dan berhasil Pancingan
Rena disambut baik oleh Mawar yang kini langsung bergegas menemui Yuda yang
sudah menunggu diluar.
“Aku kira pengintaian selesai setelah ia
mati.” Ucap Mawar yang kini berada didepan Yuda.
“Aku tidak mengintai
siapapun.” Ucap Yuda yang kaget dengan kedatangan Mawar yang mengetahui akan
persembunyiannya.
“Lalu apa yang kau
lakukan disini?”
“Patroli biasa.” Ucap
Yuda reflek karena tak ingin Mawar berpikir macam-macam dengan kedatangannya.
“Aku tak tahu patroli
biasa diam disuatu tempat hampir seharian.”
“Baiklah aku akui, aku
datang untuk menemuimu.” ucap Yuda mengakui karena sudah begitu lelah dengan
semuanya.
“Kau bilang apa?” ucap
Mawar ucapan Yuda yang tak terduga.
“Kulihat Rena
sepertinya tak keberatan kalau kau ikut denganku untuk makan Malam.”
“..”
“Kalau kau menolak
berarti kau memutuskan untuk tak pernah bertemu denganku lagi selamanya.” Ucap
Yuda yang memilih untuk mengancam Mawar.
Mawar sangat menyadari
ancaman yang Yuda lontarkan benar-benar diucapkan dengan sungguh-sungguh
membuatnya mengikutinya setelah mengirimkan pesan singkat pada Rena. Dan
disinilah mereka berada tepatnya berada di sebuah kafe yang dulu sempat membuat
Yuda menunggu hampir seharian.
“Aku.” ucap Yuda dan
Mawar secara berbarengan setelah cukup lama berdiam memandang steak yang kini
sudah cukup dingin untuk mereka santap.
“Aku minta maaf” ucap
Yuda yang langsung bersuara ketika melihat Mawar tak menunjukkan akan bersuara
kembali.
“Seharusnya aku.”
“Aku yang pertama
berkata untuk mempercayaimu, tapi akupun yang juga mempercayai Farhan dengan
semua kata-katanya.” ucap Yuda sambil tertawa merasa bodoh dengan pemikirannya
sendiri memotong ucapan Mawar.
“Bisakah kau tidak
selalu memotong ucapanku.”
“Aku hanya takut kau
kembali pergi menjauh, aku bahkan baru saja membuatmu membuka diri terhadapku.”
Ucap Yuda kembali serius.
“Kau..”
“Urusan kedua orang tua
kita biarlah menjadi urusan mereka, waktu itu bahkan kita tak mengetahui
apa-apa.” Jelas Yuda.
“Aku bahkan menyembunyikan
orang yang akan membunuh ayahmu.” Ucap Mawar menekan kata-katanya agar Yuda
sedikit memahami apa yang menjadi kekalutannya.
“Aku juga akan berbuat
demikian jika itu ayahku.”
“Kau juga?”
“Karena itu ayahku,
tapi aku akan mencoba membuat ayahku mempertanggung jawabkan semuanya dengan
cara yang benar.” Ucap Yuda Menyakinkan Mawar apa yang benar tanda menyudutkan
perbuatan Mawar sebelumnya.
“Aku berusaha..” ucap
Mawar sambil menitikan air mata.
“Hei.. mengapa kau
menangis hanya karenanya, aku yakin kau pasti sangat berusaha keras.” Ucap Yuda
menepuk-nepuk pundak Mawar sebenarnya Yuda ingin memeluknya tapi hubungan
mereka masih dalam terlalu jauh untuk tindakan intim tersebut.
“Aku.. aku..” ucap
Mawar menangis meluapkan semua emosi sedih yang tak terhitung sudah sedalam apa
luka dihatinya.
“Kau pun sudah cukup
terluka karena mengetahui orang tuamu mati ditangannya dan kau bahkan bersedia
memaafkannya tapi mengapa kau tidak memaafkan dirimu sendiri.” Ucap Yuda yang
mengingat kata-kata Mawar hari dimana Didi terbunuh, Mawar mengatakan bersedia
menyembunyikan Didi bahkan sampai membuatkan identitas baru untuk laki-laki itu.
Yuda kini menjadi
semakin yakin bahwa Mawar adalah seseorang yang harus di jaga dengan sepenuh
hati. Kedua orang tua mereka sama-sama telah mati oleh laki-laki yang bernama
Didi, bedanya ayahnya tak benar-benar mati seperti ayah Mawar bahkan Yuda masih
beruntung karena Kakek dan Neneknya merawatnya dengan kasih sayang yang cukup
berbeda dengan Mawar yang malah dibesarkan oleh Pembunuh kedua orang tuanya
sendiri.
“Ayo kita pulang hari
sudah larut.”
“Kau benar, maaf..”
“Aku tak mau lagi
mendengarmu mengucapkan kata maaf lagi.”
“Tapi..”
“Hanya cukup katakan
terimaksih dan tak pernah lagi menjauh dariku.”
“Hah..”
“Berjanjilah.”
“Ak..”
“Dengan Kau berjanji
tak akan pernah jauh dariku, maka aku akan memaafkan semua yang pernah kau
perbuat terhadap keluargaku.” Ucap Yuda yang kini malah menyodorkan jari
kelingkingnya seperti anak kecil untuk membuat suatu perjanjian.
Mendengar kesungguhan
dan juga ketulusan dimata Yuda membuat Mawar entah mengapa membuat jarinya
melakukan hal serupa untuk melakukan sebuah perjanjian itu. Yuda yang kaget malah
dengan ketidak sadarnya malah memberikan sebuah pelukan erat dan juga dibalas
oleh Mawar, membuat hubungan mereka berdua kini terasa menjadi lebih dekat.
Sebulan kemudian setelah
perjanjian konyol anatar Yuda dan Mawar yang terjadi disebuah kafe membuat
hubungan Mawar dan Yuda kini menjadi lebih seperti sepasang kekasih. Walaupun
mereka tak mengucapkan kata-kata itu dengan jelas tapi dengan setiap hari
memberi kabar keberadaan dan kegiatan masing-masing.
Dan juga pertemuan mereka
secara teratur di berbagai tempat ketika mereka mempunyai waktu luang hal itu
bukankah membuat hubungan mereka seperti sepasang kekasih? Yuda mengingat
dengan jelas janjinya kepada sang Nenek bahwa orang yang pertama akan
dikenalkan adalah dirinya.
Maka disinilah Yuda berada di kediaman Nenek
dan Kakeknya setelah meninggal sang Bunda secara tragis, rumah kedua yang
menampungnya dan memberikan kasih sayang yang hilang pada hari itu. Sebelumnya
Yuda cukup kesusahan dalam membujuk Mawar tetapi dengan keyakinan yang Yuda
tawarkan bahwa Nenek dan Kakeknya akan menerima apapun keputusannya akhirnya
Mawar pun menyetujui untuk bertemu dengan mereka.
“Nenek sayang.” Ucap
Yuda yang memeluk Nenek dari arah belakang.
“Yuda kau kah itu?”
ucap sang Nenek yang kaget karena dirina sedang duduk termenung didepan
telivisi yang tak begitu diperhatikan.
“Lihatlah siapa yang
Yuda bawa kemari?” Ucap Yuda setelah melepaskan pelukan Nenek.
Yuda memang sengaja
datang ke rumah Nenek, tanpa memberikan tahukan terlebih dahulu kedatangannya
hari ini dengan membawa Mawar.
“Siapa?” tanya Nenek menengok
penasaran bahwa ada orang lainnya yang berada dibelakang Cucunya begitu tenang dengan
tatapan jatuh pada lantai, hal itu membuat Nenek tak langsung menyadari ada
orang lain selain mereka berdua.
“Kenalkan Mawar,
perangkai bunga indah yang Yuda beri untuk nenek.” Ucap Yuda sambil mengedipkan
sebelah matanya pada sang Nenek.
“Akhirnya kau berhasil
membuatnya menjadi pacarmu?” ucap Nenek bersorak gembira menyadari maksud dari
cucunya, dan langsung menyabut dengan sebuah pelukan pada Mawar yang
membalasnya dengan canggung.
“Tak akan ada
seorangpun yang menolak cucu nenek ini.” Ucap Yuda dengan bangga berbeda dengan
Mawar yang hanya menatap Yuda dengan pandang yang tak percaya dengan apa yang
baru saja didengarnya.
“Mengapa kau datang tak
memberitahukan Nenek sebelumnya?” Ucap Nenek dengan pukulan yang tak main-main
kepada kepala Yuda.
“Sakit Nek, mengapa
Nenek memukul Yuda? bukankah Nenek yang meminta agar berkenalan dengannya.”
Ucap Yuda yang kini malah mengelus kepalanya yang tadi terkena pukulan.
“Memang betul, tapi tidak
dengan membawanya tiba-tiba.” Ucap Nenek yang kini terlihat sangat cemas.
“Memangnya kenapa kalau
tiba-tiba membawanya?” tanya Yuda yang penasaran dengan tingkah sang Nenek.
“Bagaimana mungkin kau
datang bersama dengan yang akan menjadi masa depanmu disaat disini Nenek belum
menyiapkan apapun.” Jawab Nenek yang kini terlihat sangat marah pada Yuda dan
langsung pergi kearah dapur ”Bi Kau dimana?” lanjutnya dari arah dapur.
“Kau tak memberitahu
Nenek bahwa kau membawaku?” tanya Mawar yang kini tercengang dengan maksud dari
kecemasan sang Nenek.
“Aku hanya ingin
membuat sebuah kejutan untuknya, tak keberatan ku tingal? sepertinya aku harus
menyusulnya.” Ucap Yuda yang langsung diangguki oleh Mawar.
Cukup lama untuk
membujuk Nenek yang sedang merajuk, tapi ketika masakan sudah tertata rapi
dimeja makan, senyum nenek akhirnya terlihat juga. Meja makan terlihat seperti
sebuah hidangan yang luar biasa untuk disajikan disebuah rumah biasa, tentu
saja berkat bantuan dari Mawar yang ikut membantu dalam hal penataan yang
semakin membuat masakan Nenek menjadi telihat lebih lezat.
“Kakek datang.” Terdengar suara seseorang yang
berteriak dari arah pintu masuk. “Kau ada disini Yud? Baguslah, bisakah kau membantu
kakek dengan barang-barang disana, Mang tarjo dan Joseph sepertinya cukup
kewalahan disana.” Tambahnya sambil menunjuk Kearah kedua orang yang dimaksudnya.
“Yuda tinggal sebentar
ya”
Dan dimeja tempat makan
hanya ada Mawar dan Nenek terdiam, Mawar yang tak mempunyai bahan obrolan untuk
memecah kesunyian sedangkan disebrangnya Nenek terdiam menatap makanan yang
tersaji. Untungnya kecanggungan itu tidak berlangsung lama ketika Yuda kembali
duduk bersama mereka dengan posisi tepat disamping Mawar berhadapan dengan sang
Nenek.
“Nenek tahu mengapa
kakek membawa alat-alat rumah sakit itu?” Ucap Yuda langsung bertanya.
“Kakek tak bilang
apa-apa padamu?” ucap Nenek yang balik bertanya dan dibalas dengan gelengan
kepala “Kalo begitu tunggu saja Kakek sebentar.”
“Lelahnya.” Ucap Kakek
yang baru saja terduduk di samping Nenek setelah memberikan kecupan pada kepala
Nenek.
“Minumlah.” Ucap Nenek
memberikan segelas air.
“Terimakasih.” Ucap
Kakek yang langsung meminumnya.
“Bisakah Yuda bertanya
sekarang?” ucap Yuda yang sudah kelewat penasaran.
“Alat-alat itu untuk
kebutuhan Arman.” Ucap Kakek langsung menjelaskan maksud dari pertanyaan Yuda
dengan tenang.
“Ayah akan dipindahkan
disini?” ucap Yuda dengan kaget sementara Mawar disebelahnya reflek
menggepalkan kedua tangannya.
“Kami sudah sepakat sebelumnya,
sekarang sudah cukup aman untuknya berada disamping kami.” Ucap Kakek.
“Kami bisa lebih
memerhatikan perkembangannya lebih baik.” Ucap Nenek yang sepertinya menyembunyikan
sesuatu.
“Yuda pikir itu juga
yang terbaik, tapi apakah tak masalah dalam hal kesehatannya, Yuda rasa ayah
memerlukan seorang Dokter yang selalu siap kapan saja.”
“Jangan khawatir, kakek
menyewa jasa seorang dokter yang akan ikut tinggal disini.” Ucap Nenek dengan
sedikit ragu.
“Ada apa Nek?” ucap
Yuda yang sepertinya cukup peka dengan gerak-gerik Nenek tak seperti biasanya.
“Nenekmu hanya banyak
berpikir, seperti akankah ada keajaiban tentang kesadaran Arman.” Ucap Kakek
menjawab.
“Yuda yakin cepat atau
lambat kondisi ayah akan bangun.” Ucap Yuda mencoba menenangkan Neneknya
walaupun ia sendiri pun tak begitu yakin dengan ucapannya.
“Nenek harap begitu.”
Ucap Nenek yang sepertinya masih saja terlihat begitu cemas.
“Dan siapkah gadis
cantik disebelahmu?” ucap Kakek mengalihkan obrolan mereka.
“Kenalkan ini Mawar.”
Ucap Yuda.
“Pacarnya.” Bisik Nenek
pada Kakek.
“Nenek sangat berharap
kepadamu untuk membuka lembaran baru yang lebih baik bersama Yuda.” Ucap Nenek
setelah beberapa menit karena tak ada satu pun yang membuka suara.
“Nek..”
“Nenek sangat yakin
dengan keputusan Yuda untuk bersamamu adalah sebuah keputusan sangat ia
inginkan.”
“Bagaimana kalian bisa
mendukung cucu kalian bersamaku?.”
“Justru kaulah yang
membawa pengaruh baik dengan kehidupan Yuda, tahukah kau bahkan dulu Yuda hanya
memikirkan laki-laki itu saja tanpa pernah berbagi perasaannya pada siapapun.”
Ucap sang kakek tidak terduga sebelumnya.
“Nenek malah merasa
seluruh keluargaku mati pada saat itu.” Ucap Nenek menambahkan.
Pastinya Nenek dan
Kakek Yuda sudah mengetahui siapa Mawar yang sebenarnya apalagi sang Kakek yang
begitu terampil dalam mengetahui kebenaran dalam informasi. Tapi mereka berdua
kini malah tersenyum dengan lebar seolah-olah Mawar benar-benar adalah calon
terbaik untuk cucunya.
“Jadi kapan kalian akan
memutuskan menikah?” ucap Nenek membuat semua orang yang berada disana terdiam.
“Nek kami bahkan baru
saja dekat.” Ucap Yuda.
“Benarkah? Tapi itu
bukan hambatan untuk mempercepat sebuah pernikahan” ucap Nenek.
“Ucapan Nenek benar.”
Bela sang Kakek.
“Kami harus saling
mendekatkan lagi, dan juga mengapa serasa Nenek yang jadi melamarkan Mawar
untuk Yuda?” Ucap Yuda.
“Kalau menunggumu harus
sampai berapa lama baru kata itu terucap?” ucap Nenek yang malah balik bertanya.
“Nenek yang sabar,
mungkin maksudnya ia hanya ingin melamar Mawar dengan resmi sendiri.” Ucap
Kakek membela cucunya.
“Maksud kakek?” ucap
Nenek yang mendadak tak mengerti apapun.
“Nenek tak ada
romantis-romantisnya, Yuda sebal.” Ucap Yuda kini berdiri keluar, dan diikuti
Mawar yang pamit dengan canggung kepada orang yang lebih tua.
“Salah Nenek dimana?”
ucap Nenek.
“Nenek lebih suka
dilamar kakek atau Nenek dari Kakek?” ucap kakek dengan nada ringan.
“Kakek.” Ucap Nenek spontan
dengan yakin penuh kepolosan didalam raut wajahnya.
Segitu dulu buat White Rose Episode 13 ya beeb, mohon maaf kalo masih ada tanda baca atau EYD yang masih belum sesuai, kritik dan sarannya sangat membantu looh buat temenku ini.
Ditunggu saran dan kritiknya yaaa :)
ReplyDeletesemangat terus nih buat nulis novelitnya keren sih alur ceritanya juga seru gak monoton
ReplyDeleteini bikinan kamu sendiri ya? bagus tau ceritanya, alurnya juga menyenangkan buat dibaca sampai selesai
ReplyDeleteSudah lama juga ya aku gak baca cerita yang genrenya seperti White Rose ini. Bermula dengan menulis lewat media digital, siapa tau nanti bisa menjadi buka. Salam untuk temannya ya Demia, semangat dan terus berkarya.
ReplyDeleteSemangat terus buat temennya dalam berkarya. Jangan patah semangat yah. Semoga makin bisa sukses lagi.
ReplyDeleteSaluuuut dengan penulisnya. Produktif dalam menemukan ide. Aku sendiri palingan nulis fiksi cuma 1-2 saja. Ini udah episode 13. Wow. Bisa jadi novel.
ReplyDeletebagus alur ceritanya mba Deem, pemilihan bahasanya juga simple dan mudah dicerna, terus aku pas baca imaginasinya juga dapat
ReplyDeleteSepertinya ada eps White Rose yang aku lewatkan.
ReplyDeleteAkankah Rose happy end dengan Yuda?
Wah makin penasaran alur cerita ini akankah berakhir bahagia antara Rose & Yuda, aku pingin mereka bahagiaaaa toloooooong!!!
ReplyDeleteWaaahh seru banget nih Noveletnya. Bikin penasaran jadinya.. barusan baru baca setengah kayaknya mau coba dari episode 1 deh..
ReplyDeletemenarik lho novelnya, ga coba jadi novelis di mangatoon aja kah, lumayan kan tuh pada app yang tepat gitu. ini genrenya thriller gitu ga sih?
ReplyDelete